SULAP TERMASUK SENI ATAU BUKAN ??
menurut Prof. Drs. Suwaji bastomi, seni adalah aktivitas batin dengan pengalaman estetika yang menyatakan dalam bentuk agung yang mempunyai daya membangkitkan rasa takjub dan haru. sulap tentu masuk dalam ranah itu, lalu DALAM SULAP, seni nya dimana? dalam performance dan dalam pertunjukannya (EKSPRESI, VOKAL, ALUR CERITA, AKTING, DLL) PESULAP akan mampu membuat penonton takjub, bahkan betanya-tanya ??? bagaimana caranya, bagaimana itu terjadi ?? jadi jelas bahwa sulap adalah seni.
Musisi bisa menarik perhatian
penontonnya lewat lagu, akting, kontak mata, dan gaya tubuhnya. Selama
lagunya bagus, nggak peduli penyanyinya kacau, bangsat atau bajingan,
tapi lagunya tetap disukai. Si penyanyi bisa berakting patah hati pada
saat menyanyikan lagu patah hati, dan meski penonton tahu itu palsu,
tapi lagunya tetap bisa diterima. Tapi sulap adalah masalah ‘i can, u
cant’. Ketika orang tahu bahwa semuanya palsu, its over. Tapi kita bisa
melangkah 1 step lebih jauh dari yang dilakukan para kacau, bangsat
dan bajingan itu. Kita punya sentuhan. Kita bisa memberikan meaning
yang berbeda pada magic kita. Contoh dalam menanamkan arti dalam rutin
sederhana. Katakan saja kita akan flower producing.
Cinta itu seperti bunga mawar. Bunga mawar itu tidak mungkin begitu lahir sudah berkemabang, bunga itu bisa berkembang kalau kita pupuk dengan baik. Demikian juga dengan... cinta... (producing bunga)
Saya beri bunga ke wanita, saya sentuh dia, dan menekankan “ingat, di setiap mawar pasti ada durinya. That’s also love.”
(sentuh mereka, sesuatu yang tidak bisa dilakukan musisi)
Jangan lupa: “3P: Pattern, persoality, presentation” - Harry Loyrane.
Cinta itu seperti bunga mawar. Bunga mawar itu tidak mungkin begitu lahir sudah berkemabang, bunga itu bisa berkembang kalau kita pupuk dengan baik. Demikian juga dengan... cinta... (producing bunga)
Saya beri bunga ke wanita, saya sentuh dia, dan menekankan “ingat, di setiap mawar pasti ada durinya. That’s also love.”
(sentuh mereka, sesuatu yang tidak bisa dilakukan musisi)
Jangan lupa: “3P: Pattern, persoality, presentation” - Harry Loyrane.
Menjadi magician seolah menjadi tren dikalangan
masyarakat Indonesia beberapa tahun belakangan ini. “keren aja kalau bisa
sulap” ujar Donny, seorang pengunjung Coebuzier Shop di mall Citra Land pada
saat sedang berbelanja beberapa alat sulap. Jawaban yang pasti banyak kita
dapati juga antara lain, “suka melihat yang aneh-aneh” atau “biar bisa seperti
master Deddy” atau bahkan “biar bisa dapet banyak cewek”.
Tapi apakah lantas dengan bisa melakukan beberapa trik sulap,
seseorang bisa menyandang gelar magician atau pesulap? Dalam gelaran hobi atau
keterampilan, jawabannya adalah ya. Menurut Wikipedia, magician adalah seni
pertunjukan yang menghibur penonton dengan menciptakan efek yang seolah-olah
mustahil. Kata kuncinya adalah seni pertunjukan. Pemerintah Indonesia bahkan
sudah memasukan seni sulap kedalam salah satu sub-sektor industri kreatif, yang
berarti sudah diakui sebagai sebuah seni pertunjukan.
Ketika sudah berada di tahap lebih lanjut seperti ini,
maka seni sulap memiliki tanggung jawab dan keterikatan “lebih” buat
penampilnya. Dengan tujuan menghibur penonton, maka seorang magician harus juga
memerhatikan hal lain yang akan ikut menonpang pertunjukannya menjadi sebuah
karya seni pertunjukan yang utuh. Berikut ini adalah beberapa dasar yang perlu
diperhatikan jika ingin menjadi seorang pesulap:
"Pertunjukkannya adalah sebuah karya dari seseorang yang dimata saya mempunyai komitmen yang tinggi kepada profesi yang dia tekuni."
(Jend. TNI (Purn). Agum Gumelar)
"Menikmati karya Deddy di panggung, di jalan, di tv dan di buku... semua setara, sempurna, menghibur, memberi inspirasi, dan terkesima sambil berdecak kagum."
(Agung Adiprasetyo, Chief Executive Officer Kompas Gramedia Groups)
"Karya Deddy Corbuzier adalah seuatu yang menakjubkan"
(Bob Sadino)